PAREPARE - Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (Kopri) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Tarbiyah, Komisariat Institut Agama Islam Indonesia (IAIN) Parepare gelar dialog dalam rangka memperingati Hari R.A. Kartini yang dilaksanakan di Pelataran Parkir Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare, Hari Rabu(23/04/2025).
Program Kopri Rayon Tarbiyah dengan sebutan Koprilogi atau Kopri Dialog Islami dan Ideologi ini mengangkat tema : ”Jejak Emansipasi : Dari Kartini Hingga Perempuan Masa Kini” sebagai pembuka program tersebut.
Sahabat Nurul Fitra Sudirman sebagai pemantik pada dialog kali ini membahas subtema :”Siapa Sosok Kartini?Apakah Perempuan Hanya di Ranah Domestik?Dimana Sosok Kartini Saat Ini?”.
Adapun peserta kegiatan dialog tersebut diikuti oleh anggota Kopri dan perempuan diluar Kopri.
Di mana dialog tersebut cukup alot karena sosok R.A. Kartini yang menjadi salah satu inspirasi perempuan untuk bergerak dan melawan.
Ketua Kopri Rayon Tarbiyah, Yusra Yusuf menyampaikan tujuan dicetusnya Koprilogi tersebut sebagai wadah belajar dan berpendapat.
“Koprilogi (Kopri Dialog Islami dan Ideologi) bertujuan sebagai wadah Kopri untuk mendapatkan wawasan, ruang terbuka bebas berekspresi, berpendapat khusus sesama Kopri”, bebernya.
“Diskusi yg masih dalam rangka memperingati hari Kartini tadi cukup membuka wawasan Kopri kami tentang sub tema yang dibawakan yakni, siapakah sosok Kartini? Apakah perempuan hanya di ranah domestik saja? Apakah masih ada sosok-sosok Kartini saat ini?. Di mana pemikiran-pemikiran Kartini masih sangat relevan hingga saat ini”, tambahnya.
Pemantik pada kegiatan tersebut, Nurul Fitra menyampaikan R.A. Kartini sebagai ikon keberanian.
"Nama Raden Ajeng Kartini tidak sekadar terukir dalam sejarah sebagai pejuang emansipasi perempuan, lebih dari itu ia adalah cahaya dan ikon keberanian atas sistem sosial yang menindas dan membatasi medan gerak kaum perempuan, atas langkah keberaniannya yang menyuarakan kebenaran, dan teguh memperjuangkan kesetaraan", jelasnya.
"Membatasi perempuan hanya di ranah domestik bukanlah ajaran keadilan, tapi warisan ketimpangan yang harus diluruskan. Sebab, kemajuan bangsa lahir dari perempuan yang diberi ruang, bukan dibatasi", tambahnya.
"Kartini telah menerobos tembok patriarki dengan pena atas pikirannya saya yakin bahwa sosok Kartini masih hidup dalam semangat perempuan yang tak gentar bersuara. Jiwa kartini ada dalam diri setiap perempuan yang tak diam saat ketidakadilan di pelupuk mata", tutupnya.(mrd)

